Monday, April 16, 2012

6.Menjejak Sangkuriang Di Gunung Tangkuban Parahu

Sangkuriang aku menjejak jalanmu
tidak mati hikayatmu
walau sekadar dongengan
Gunung Tunggul awalmu
Gunung Burangrang akhirmu
Gunung Tankuban Parahu laluanmu
menjalani pemutihan
menuju keabadian cinta Rabbani.

Kau membesar membawa naluri Si Tuming
walau penuh kesaktian
bijaksana dan setiawan
adalah dunia semata
meski kau bunuh Si Tuming
hatimu adalah hatinya
kecintaanmu yang kau suapkan Dayang Sumbi
sedang dia adalah Rarasati
tidak butuhkan keduniaan
hanya mendambakan kasih Tuhan.

Tidak kau temui dirimu
di barat atau di timur
bila hati menerawang ke luar diri
kembalilah kau mencintai Rarasati
ibumu;ibu segala diri
yang merajai jasmani dan rohani
dengan sepenuh hati
menutupi aliran Sungai Citarum
menjernih jiwamu
jangan biar mengalir keluar
tapi menyejukkan dan menyuburkan
segala yang terpuji
menjadi jatidiri yang hakiki.

Sangkuriang bukan siapa-siapa
hanya sebuah dongengan
kegagalan suatu perjalanan
Sangkuriang adalah kita
yang tiba-tiba berlarian
di jalur-jalur kehidupan
tanpa mematuhi rambu-rambu perjalanan
tidak istiqamah dalam pencarian
terjebak di ribuan persimpangan
sedang masa adalah pedang
yang bisa menoktahkan perjalanan
dalam keadaan kita di bungai harapan
akan hidup seribu tahun lagi.

Yajuk
Sat 03042010
Hotel Lembah Sari Mas
Subang Bandung

• SAJAK > 2010 (Januari - Jun) > Menjejak Sangkuriang
Di Gunung Tankuban Parahu disumbangkan pada Ahad, 4 April 2010 10:49:00 AM •
Kali terakhir diubah pada Ahad, 4 April 2010 10:49:00 AM oleh yajuk

No comments:

Post a Comment